Langsung ke konten utama

Klasifikasi Reseptor

Reseptor dapat dibagi berdasarkan lokasi dan transduksi sinyal. Berdasarkan lokasinya, reseptor dapat dibagi menjadi reseptor transmembran dan reseptor inti. Jika ditinjau dari proses transduksi sinyal, maka dapat dibagi lagi menjadi ionotropikmetabotropik. Reseptor ionotropik, reseptor kanal ion atau yang terasosiasi dengan kanal ion, masih dapat dibagi lagi menjadi voltage-gated, ATP-gated, dan ligand-gated sedangkan reseptor ionotropik dapat dibagi menjadi reseptor terikat protein G (Gs, Gq, Gi) dan reseptor terikat enzim.



1. Reseptor Transmembran

Reseptor transmembran terletak di membran sel dan mempunyai domain (daerah) ekstraseluler, membran, dan intraseluler [1]. Beberapa reseptor yang termasuk dalam golongan reseptor transmembran adalah reseptor insulin dan glucose transporter [2] serta reseptor GABAA [3].

2. Reseptor Inti

Reseptor inti adalah reseptor yang terdapat di sitoplasma. Apabila terdapat ligan yang pengaktivasi (biasanya senyawa yang non-polar seperti steroid), maka akan terbentuk kompleks ligan-reseptor yang mengalami translokasi ke inti sel. Di dalam inti sel terjadi penggabungan kompleks ligan-reseptor dengan ko-aktivator yang menjadi faktor transkripsi dalam proses ekspresi gen tertentu yang berperan dalam berbagai proses biologik dalam tubuh. Salah satu contoh dari reseptor inti adalah reseptor estrogen yang merupakan target terapi dari obat-obat antikanker [4].

3. Voltage-gated ion channels (VGICs)

VGIC adalah reseptor ionotropik yang akan teraktivasi pada potensial aksi tertentu. Sebagai contoh, kanal kalsium pada beberapa jenis membran mengalami aktivasi pada saat terjadi depolarisasi sehingga merangsang influks ion kalsium ke dalam sel yang berperan sebagai second messenger dalam proses transduksi sinyal [5].

4. ATP-gated ion channels (AGICs)

AGICs adalah reseptor ionotropik yang mengalami aktivasi ketika berinteraksi dengan ATP (adenin trifosfat). Sebagai contoh, reseptor KATP (kanal kalium yang teraktivasi oleh ATP) pada sel beta pankreas akan tertutup ketika berinteraksi dengan ATP yang selanjutnya menimbulkan depolarisasi sel beta pankreas, merangsang influks kalsium melalui kanal ion kalsium dan lebih jauh lagi merangsang pelepasan insulin [6].

5. Ligand-gated ion channels (LGICs)

LGICs adalah reseptor ionotropik yang mengalami aktivasi ketika berinteraksi dengan ligan yang sesuai. Reseptor benzodiazepin merupakan salah satu contoh reseptor LGICs karena terasosiasi dengan kanal ion klorida dan GABAA [7] serta mengalami aktivasi ketika berikatan dengan ligan misalnya diazepam dan turunannya [8]. Apabila terjadi kompleks antara reseptor benzodiazepin dengan ligan kanal ion klorida terbuka, terjadi influks ion klorida, mengakibatkan hiperpolarisasi sel saraf yang lebih jauh lagi menimbulkan deaktivasi sel saraf dan efek sedatif/hipnotik.

6. Reseptor Terkait Protein G

Reseptor protein G atau  GPCRs (G Protein-Coupled Receptors) adalah salah satu reseptor yang paling banyak terdapat pada makhluk hidup. Reseptor protein G terikat dengan subunit α dan terasosiasi dengan subunit β dan γ. Ketiga reseptor ini dibagi menjadi tiga golongan berdasarkan subunit α yang terikat yaitu Gs, Gq, dan Gi di mana masing-masing memiliki subunit αs, αq, dan αi secara berurutan [9].
Reseptor G(stimulatori) akan mengaktifkan jalur adenilat siklase apabila berikatan dengan ligan, sebaliknya G(inhibitori) menghambat jalur adenilat siklase apabila berikatan dengan ligan. Di lain pihak, Gmengaktifkan jalur fosfolipase C jika berikatan dengan ligan [10]. Salah satu jenis reseptor protein G yang penting adalah reseptor adrenergik seperti reseptor α1, α2 , β1 dan β[11].

7. Reseptor terikat enzim (enzyme-linked receptor)

Reseptor terikat enzim biasanya terletak pada transmembran. Domain intraseluler dari reseptor ini adalah sebuah enzim yang aktivitas katalitiknya diatur oleh ikatan antara reseptor dengan sinyal ekstraseluler (ligan). Beberapa contoh penting dari reseptor terikat enzim adalah reseptor protein kinase (contoh tirosin kinase) yang memfosforilasi protein-protein target intraseluler yang kemudian mengubah fungsi fisiologik dari sel-sel target [11].

Gambar 2. Ilustrasi proses transduksi sinyal pada beberapa jenis reseptor

Bisa jadi satu reseptor bisa termasuk dalam beberapa jenis reseptor. Sebagai contoh: reseptor benzodiazepin yang penting dalam efek sedasi-hipnotik termasuk dalam reseptor transmembran berdasarkan lokasinya namun juga termasuk dalam reseptor ionotropik karena terhubung dengan kanal ion yaitu kanal ion klor (Cl-). Reseptor benzodiazepin ini dapat terbuka apabila terjadi kompleks atara reseptor benzodiazepin dengan ligannya, maka reseptor benzodiazepin dapat digolongkan sebagai ligand-gated ion channel receptor.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memahami Potensial Aksi Sel Saraf : Depolarisasi, Hiperpolarisasi, Repolarisasi

Potensial Istirahat Membran Sinyal pada sel-sel saraf disampaikan melalui sinyal listrik. Sinyal listrik ini dapat terjadi karena ada perbedaan muatan di dalam dan di luar sel. Perbedaan muatan ini dapat diukur menggunakan voltmeter yang terhubung dengan elektroda pembanding dan mikroelektroda perekam (lihat Gambar 1). Pada keadaan istirahat kanal ion tertutup, ion yang tersebar di sepanjang membran dapat diprediksi dengan mudah. Konsentrasi Na +  diluar sel 10 kali lebih besar dari pada di dalam sel dan konsentrasi K +  di dalam sel lebih besar daripada di luar sel. Sitosol mengandung anion konsentrasi tinggi dalam bentuk ion fosfat dan protein yang terionisasi negatif. Pada keadaan ini (istirahat) muatan di dalam sel lebih negatif daripada di luar dan beda potensialnya sebesar -70 mV. Nilai ini disebut dengan potensial istirahat membran. Kebocoran kanal ion dapat terjadi yang memungkinkan ion Na +  masuk ke dalam sel atau ion K +  keluar dari sel, namun hal ini dapat diatasi oleh p

Granulasi Basah

Pendahuluan Metode granulasi basah adalah teknik pembuatan tablet yang paling banyak digunakan. Granulasi basah dimulai dari pencampuran, penambahan bahan pengikat, pengayakan, pengeringan, penambahan bahan ekstragranular, dan yang terakhir adalah pencetakan tablet. Bahan pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk suspensi/larutan/mucilago atau dalam bentuk serbuk kering. Manakala tablet dibuat dalam skala kecil, bahan pengikat ditambahkan dalam bentuk serbuk dan kemudian ditambah dengan sejumlah pelarut. Sebaliknya, dalam skala besar, sebaiknya bahan pengikat didispersikan terlebih dahulu ke dalam pelarut membentuk larutan/mucilago/suspensi baru kemudian ditambahkan ke dalam campuran yang akan dibuat menjadi granul. Penambahan pelarut atau cairan pengikat tidak perlu terlalu besar, sebab massa ("adonan") yang akan digranul cukup dibuat lembab ( jangan sampai basah atau seperti pasta karena menyebabkan tablet terlalu keras ). Setelah terbentuk massa yang cukup kalis, dilak