Sediaan semipadat merupakan salah satu sediaan farmasi yang unik. Beberapa teknik pembuatan sediaan dasar dapat digabung menjadi satu untuk menghasilkan sediaan yang baru. Sebagai contoh, emulsi minyak dalam air (M/A) dapat dikombinasikan dengan menambahkan gelling agent pada fase air sehingga menghasilkan emulgel. Contoh lain, penambahan sejumlah besar padatan dalam hidrogel yang dikombinasikan dengan basis hidrokarbon mampu menghasilkan sediaan pasta. Atau, gabungan emulsi air dalam minyak (A/M) dengan basis hidrokarbon menghasilkan salep absorpsi. Oleh karena itu, diperlukan sudut pandang secara lebih komperehensif agar mampu memahami sediaan semipadat dan pada akhirnya mampu merancang formulasi sediaan semipadat.
Gambar 1. Mindmap sediaan semipadat |
Pertama-tama, diperlukan pemahaman definisi dasar tentang sediaan semipadat USP yang dapat dilihat di sini atau di sini kemudian digambarkan dalam sebuah mindmap sederhana sediaan semipadat (Gambar 1). Menurut USP, setidaknya sediaan semipadat yang sering digunakan secara topikal ada salep, krim, dan pasta. Dalam tulisan ini akan diulas secara ringkas satu per satu.
1. Salep
Salep atau ointment didefinisikan sebagai sediaan semipadat yang dibuat dengan tujuan pemakaian eksternal (topikal), baik pada kulit atau pada membran mukosa. Umumnya mengadung air dan senyawa volatil kurang dari 20% dan lebih dari 50% hidrokarbon, lilin, atau polialkohol sebagai pembawa. Meskipun demikian, terkadang perkecualian bisa ditemukan pada beberapa jenis salep. Untuk mempermudah memahami sediaan salep, maka dikelompokkan kembali menjadi empat kelas besar yaitu : salep basis hidrokarbon, basis absorpsi (serap), basis yang dapat dicuci dengan air, dan basis yang larut air.
1.1. Basis hidrokarbon
Menurut USP, basis hidrokarbon (berminyak) mengandung bahan-bahan seperti hidrokarbon rantai panjang (parafin) atau lilin. Salep ini dibuat dengan cara mencampurkan bahan obat dengan basis-nya pada kondisi meleleh kemudian diaduk pada suhu ruang hingga mengental. Sedangkan menurut Ph Eur, basis hidrokarbon lebih luas tidak hanya sebatas parafin dan lilin tetapi juga minyak sayur, lemak hewan, dan polialkilsiloksan sintetik. Lebih jauh lagi, telah dikembangkan beberapa sediaan gel hidrokarbon (oleogel) dan lipogel sebagai salep hidrokarbon dengan menambahkan gellator (misalnya asam stearat) ke dalam basis minyak atau lemak. Basis hidrokarbon ini memiliki efek sebagai oklusif dan emolient bagi kulit. Contoh jenis salep hidrokarbon antara lain White Ointment USP.
1.2. Basis absorpsi
Basis absorpsi atau basis serap sebenarnya merupakan emulsi A/M di mana pada fase minyak terdapat basis hidrokarbon. Basis absorpsi ini sangat cocok sebagai emolient bagi kulit. Contoh basis absorpsi antara lain adalah Hydrophilic Petrolatum USP.
1.3. Basis yang dapat dicuci dengan air
Salep dengan basis yang dapat dicuci dengan air seringkali disebut dengan krim. Salep jenis ini akan segera hilang dari kulit ketika dicuci dengan air sebab salep ini berupa emulsi M/A di mana ada penambahan basis hidrokarbon di dalam fase minyak-nya. Contoh formula salep dengan basis yang dapat dicuci dengan air antara lain yaitu Hydrophilic Ointment USP.
Sediaan salep jenis ini mengalami modifikasi, salah satunya dengan menambahkan gelling agent (biasanya karbomer) ke dalam fase air. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan sifat reologik yang diinginkan. Sehingga dikenal istilah "light cream" atau emulgel (gabungan antara emulsi dengan gel).
1.4. Basis yang larut air
Basis larut air (basis tanpa minyak) seluruhnya terdiri dari komponen yang larut air. Salep dengan basis larut air lebih tepat disebut dengan gel. Contoh formula salep dengan basis salep larut air antara lain Polyethylene Glycol Ointment USP.
2. Gel
Gel berupa suspensi dari partikel inorganik kecil atau partikel organik besar yang terinterpenetrasi oleh cairan. Apabila medium pendispersi berupa minyak disebut dengan oleogel dan ketika medium pendispersi berupa air maka disebut dengan hidrogel.
2.1. Sistem dua fase
Apabila massa gel terdiri dari partikel diskrit maka gel diklasifikasikan sebagai sistem dua fase (contoh Aluminum Hydroxide USP). Di dalam sistem dua fase ini apabila partikel terdispersi mempunyai ukuran yang besar (contoh Bentonite Magma USP) maka sering disebut dengan magma. Gel dan magma bersifat reologik tiksotropik, yaitu berupa semisolid ketika didiamkan, namun berubah menjadi cair ketika dikocok.
2.2. Sistem satu fase
Gel diklasifikasikan sebagai sistem satu fase manakala terdiri dari makromolekul organik yang terdistribusi melalui sebuah cairan tanpa batas yang nyata antara makromolekul dengan cairan. Beberapa contoh gel dengan sistem satu fase antara lain gel dengan basis karbomer dan Natrium Alginat.
3. Pasta
Pasta adalah sediaan semipadat yang mengandung lebih dari 50% padatan halus yang terdispersi. Pasta dapat berupa hidrogel sistem satu fase sebagai contoh Sodium Carboxymethyl Cellulose Paste USP atau pasta berlemak seperti Zinc Oxide Paste USP (jangan sampai keliru dengan Zinc Oxide Ointment USP).
Komentar
Posting Komentar