Langsung ke konten utama

Analisis Regresi Linier dengan Geogebra

Analisis regresi merupakan alat yang umum digunakan di bidang farmasi untuk menghitung banyak hal seperti menghitung kadar obat dengan metode instrumentasi, memperkirakan stabilitas obat, menghitung kurva dosis respon (pada rentang yang linier), dan sebagainya.

Di bangku kuliah kita diajarkan menggunakan kalkulator scientific atau excel untuk menghitung koefisien regresi dari data regresi yaitu slope dan intercept. Kemudian dengan operasi matematik maka dapat dilakukan perhitungan (misal kadar obat) sesuai dengan persamaan tersebut.

Contoh: jika model regresi untuk konsentrasi ($x$) dan absorbansi ($y$) adalah 
$$y = ax + b$$
maka untuk menghitung konsentrasi dari suatu sampel yang diketahui memiliki absorbansi sebesar $y_i$ dapat digunakan rumus:
$$x_i = \frac{y_i - b}{a}$$
Beberapa software seperti Geogebra, R, dan excel menawarkan solusi praktis untuk mempercepat proses perhitungan. Namun pada pembahasan kali ini akan ditunjukkan cara menganalisis regresi dengan Geogebra.

Sebagai contoh, apabila kita mempunyai data konsentrasi dan absorbansi sebagai berikut:

konsentrasi : 10, 20, 30, 40, 50
absorbansi : 0.223, 0.313, 0.437, 0.536, 0.648

maka dapat dilakukan input data seperti diexcel yaitu :


blok data yang akan dianalisis kemudian klik two variable regression analysis (ikon seperti scater plot dengan garis merah). Sehingga muncul tampilan regression analysis. Anda bisa memilih regression model yaitu linear, dan pada option bisa ditampilkan show data dan show statistics sehingga diperoleh plot sebagai berikut :


Gunakan ikon X (double arrow) Y untuk menukar axis.

Pada kotak dialog regression analysis, terdapat menu evaluate. Jika Anda memasukkan nilai tertentu pada kotak x di menu evaluate kemudian menekan tombol ENTER, maka otomatis nilai y akan dihitung dengan sendirinya. Dengan demikian operasi matematik secara manual tidak perlu dilakukan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memahami Potensial Aksi Sel Saraf : Depolarisasi, Hiperpolarisasi, Repolarisasi

Potensial Istirahat Membran Sinyal pada sel-sel saraf disampaikan melalui sinyal listrik. Sinyal listrik ini dapat terjadi karena ada perbedaan muatan di dalam dan di luar sel. Perbedaan muatan ini dapat diukur menggunakan voltmeter yang terhubung dengan elektroda pembanding dan mikroelektroda perekam (lihat Gambar 1). Pada keadaan istirahat kanal ion tertutup, ion yang tersebar di sepanjang membran dapat diprediksi dengan mudah. Konsentrasi Na +  diluar sel 10 kali lebih besar dari pada di dalam sel dan konsentrasi K +  di dalam sel lebih besar daripada di luar sel. Sitosol mengandung anion konsentrasi tinggi dalam bentuk ion fosfat dan protein yang terionisasi negatif. Pada keadaan ini (istirahat) muatan di dalam sel lebih negatif daripada di luar dan beda potensialnya sebesar -70 mV. Nilai ini disebut dengan potensial istirahat membran. Kebocoran kanal ion dapat terjadi yang memungkinkan ion Na +  masuk ke dalam sel atau ion K +  keluar dari sel, namun hal ini dapat diatasi oleh p

Klasifikasi Reseptor

Reseptor dapat dibagi berdasarkan lokasi dan transduksi sinyal. Berdasarkan lokasinya, reseptor dapat dibagi menjadi reseptor transmembran dan reseptor inti. Jika ditinjau dari proses transduksi sinyal, maka dapat dibagi lagi menjadi  ionotropik &  metabotropik . Reseptor ionotropik, reseptor kanal ion atau yang terasosiasi dengan kanal ion, masih dapat dibagi lagi menjadi voltage-gated, ATP-gated, dan ligand-gated sedangkan reseptor ionotropik dapat dibagi menjadi reseptor terikat protein G (G s , G q , G i ) dan reseptor terikat enzim. 1. Reseptor Transmembran Reseptor transmembran terletak di membran sel dan mempunyai domain (daerah) ekstraseluler, membran, dan intraseluler [ 1 ]. Beberapa reseptor yang termasuk dalam golongan reseptor transmembran adalah reseptor insulin dan glucose transporter [2]  serta reseptor GABA A [3] . 2. Reseptor Inti Reseptor inti adalah reseptor yang terdapat di sitoplasma. Apabila terdapat ligan yang pengaktivasi (biasanya se

Granulasi Basah

Pendahuluan Metode granulasi basah adalah teknik pembuatan tablet yang paling banyak digunakan. Granulasi basah dimulai dari pencampuran, penambahan bahan pengikat, pengayakan, pengeringan, penambahan bahan ekstragranular, dan yang terakhir adalah pencetakan tablet. Bahan pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk suspensi/larutan/mucilago atau dalam bentuk serbuk kering. Manakala tablet dibuat dalam skala kecil, bahan pengikat ditambahkan dalam bentuk serbuk dan kemudian ditambah dengan sejumlah pelarut. Sebaliknya, dalam skala besar, sebaiknya bahan pengikat didispersikan terlebih dahulu ke dalam pelarut membentuk larutan/mucilago/suspensi baru kemudian ditambahkan ke dalam campuran yang akan dibuat menjadi granul. Penambahan pelarut atau cairan pengikat tidak perlu terlalu besar, sebab massa ("adonan") yang akan digranul cukup dibuat lembab ( jangan sampai basah atau seperti pasta karena menyebabkan tablet terlalu keras ). Setelah terbentuk massa yang cukup kalis, dilak