Langsung ke konten utama

Contoh Studi Pre-formulasi Sederhana untuk Sediaan Cair

Untuk membuat sediaan obat cair, pertama-tama perlu diketahui parameter-parameter penting dari zat aktif itu sendiri seperti : kelarutan, pH stabil (bukan pH pada saat dilarutkan dalam air, tetapi pH medium yang membuat senyawa itu stabil), rute degradasi utama, sifat asam basa, nilai pKa dan inkompatibilitas.

Seperti contoh dibawah ini, dilakukan studi preformulasi sederhana terhadap aspirin.

Gambar 1. Struktur molekul aspirin [2]



No Parameter Deskripsi/data Ref
1 Khasiat Sebagai analgesik dan antipiretik dengan cara menghambat enzim sikooksigenase dalam proses pembentukan prostaglandin [1]
2 Dosis terapi Dosis lazim aspirin yang diberikan melalui rute oral sebagai analgesik dan antipiretik adalah 300 – 900 mg setiap 4 – 6 jam tergantung pada kebutuhan klinis, dengan dosis maksimal 4 g per hari. [1]
3 Berat Molekul 180,16 g/mol [2]
4 Kelarutan Larut 1 dalam 300 bagian air, 1 dalam 5 bagian alkohol, 1 dalam 17 bagian kloroform, 1 dalam 10 – 15 bagian eter [1]
5 Titik lebur 135°C [2]
6 Titik didih 140°C [2]
7 Dekomposisi Terdekomposisi pada suhu 140°C
8 Pemerian Kristal berwarna putih umumnya berbentuk tabung atau seperti jarum, atau serbuk kristalin putih. Tidak berbau atau mempunyai bau yang lemah. Stabil di dalam udara kering, pada udara lembab akan mengalami hidrolisis secara bertahap menjadi asam salisilat dan asam asetat [1]
9 Reaksi degradasi utama hidrolisis [3]
10 log P 1,19 [2]
11 pKa (Gugus fungsi) 3,5 pada suhu 25°C (asam karboksilat, COOH) [2]
13 pH stabil Dalam larutan berair, aspirin paling stabil pada pH 2 – 3, kurang stabil pada pH 4 – 8, paling tidak stabil pada pH kurang dari 2 atau lebih dari 8. Larutan aspirin jenuh dalam pelarut air pada pH 5 – 7 akan mengalami hidrolisis dengan sempurna sekitar 1 minggu [2]
14 Inkompatibilitas Tidak kompatibel dengan oksidator, asam kuat, basa kuat, dapat bereaksi dengan air atau nukleofil (gugus amina atau hidroksi), dapat bereaksi dengan asetanilida, amidopirin, fenazon, heksamin, garam besi, fenobarbiton sodium, garam kinin, kalium dan natrium iodida, alkali hidroksida, karbonat, stearat, dan paracetamol. [2]

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari studi pre-formulasi sederhana ini, setidaknya ada beberapa masalah yang dihadapi ketika seorang formulator ingin membuat sebuah sediaan cair aspirin. Pertama adalah masalah kelarutan dan stabilitas. Aspirin adalah senyawa asam yang kurang larut dalam air (1:300). Sebenarnya, dengan menggunakan prinsip Handerson-Hasselbalch, kelarutan aspirin dalam air dapat ditingkatkan dengan cara membuat aspirin menjadi terionkan. Hal ini bisa ditempuh dengan mengubah pH medium menjadi lebih besar atau sama dengan $pk_a + 2$ yaitu $3,5 + 2 = 5,5$. Sayangnya, mengubah pH juga bukan merupakan solusi cerdas karena aspirin justru tidak stabil pada pH 4 - 8.

Berdasarkan data yang sangat terbatas ini, bagaimana usulan yang logis agar aspirin mampu diformulasikan menjadi sediaan cair yang berkualitas?

Daftar Pustaka

[1] S. C. Sweetman, Ed., Martindale The Complete Drug Reference, 6th ed. London, 2009.
[2] National Center for Biotechnology Information, “PubChem Database. Aspirin, CID=2244.” [Online]. Available: https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Aspirin. [Accessed: 13-Oct-2019].
[3] S. Yoshioka and J. V. Stella, Stability of Drugs and Dosage Forms. New York: Kluwer Academic Publishers, 2002.
[4] Chemaxon, “Solubility Predictor,” 2018. [Online]. Available: https://disco.chemaxon.com/apps/demos/solubility/. [Accessed: 13-Oct-2019].

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memahami Potensial Aksi Sel Saraf : Depolarisasi, Hiperpolarisasi, Repolarisasi

Potensial Istirahat Membran Sinyal pada sel-sel saraf disampaikan melalui sinyal listrik. Sinyal listrik ini dapat terjadi karena ada perbedaan muatan di dalam dan di luar sel. Perbedaan muatan ini dapat diukur menggunakan voltmeter yang terhubung dengan elektroda pembanding dan mikroelektroda perekam (lihat Gambar 1). Pada keadaan istirahat kanal ion tertutup, ion yang tersebar di sepanjang membran dapat diprediksi dengan mudah. Konsentrasi Na +  diluar sel 10 kali lebih besar dari pada di dalam sel dan konsentrasi K +  di dalam sel lebih besar daripada di luar sel. Sitosol mengandung anion konsentrasi tinggi dalam bentuk ion fosfat dan protein yang terionisasi negatif. Pada keadaan ini (istirahat) muatan di dalam sel lebih negatif daripada di luar dan beda potensialnya sebesar -70 mV. Nilai ini disebut dengan potensial istirahat membran. Kebocoran kanal ion dapat terjadi yang memungkinkan ion Na +  masuk ke dalam sel atau ion K +  keluar dari sel, namun hal ini d...

Klasifikasi Reseptor

Reseptor dapat dibagi berdasarkan lokasi dan transduksi sinyal. Berdasarkan lokasinya, reseptor dapat dibagi menjadi reseptor transmembran dan reseptor inti. Jika ditinjau dari proses transduksi sinyal, maka dapat dibagi lagi menjadi  ionotropik &  metabotropik . Reseptor ionotropik, reseptor kanal ion atau yang terasosiasi dengan kanal ion, masih dapat dibagi lagi menjadi voltage-gated, ATP-gated, dan ligand-gated sedangkan reseptor ionotropik dapat dibagi menjadi reseptor terikat protein G (G s , G q , G i ) dan reseptor terikat enzim. 1. Reseptor Transmembran Reseptor transmembran terletak di membran sel dan mempunyai domain (daerah) ekstraseluler, membran, dan intraseluler [ 1 ]. Beberapa reseptor yang termasuk dalam golongan reseptor transmembran adalah reseptor insulin dan glucose transporter [2]  serta reseptor GABA A [3] . 2. Reseptor Inti Reseptor inti adalah reseptor yang terdapat di sitoplasma. Apabila terdapat ligan yang pengaktivas...

Transporter dalam dalam absorpsi obat : Kinetika Michaelis-Menten

Kinetika Michaelis-Menten (MM) sangat berguna untuk memahami proses disposisi obat dalam tubuh. Beberapa molekul obat bersifat polar sehingga tidak mampu berdifusi pasif untuk melewati membran sel. Transport molekul-molekul obat ini diperantarai oleh suatu molekul pembawa (umumnya protein) yang disebut dengan transporter. Pada hakekatnya, proses perpindahan/transport obat melalui molekul pembawa seperti reaksi enzimatis sehingga berlaku reaksi : $\ce{E + S <=>[k_1][k_3] ES ->[k_2][] E + P }$ Dalam konteks disposisi obat, tidak terjadi pembentukan produk. namun hanya perpindahan obat dari kompartemen apikal ke basolateral atau sebaliknya. sehingga persamaan reaksi lebih tepat apabila ditulis sebagai berikut: $\ce{E + S_{apikal} <=>[k_1][k_3] ES ->[k_2][] E + S_{basolateral} }$ atau $\ce{E + S_{basolateral} <=>[k_1][k_3] ES ->[k_2][] E + S_{apikal} }$ Dengan menggunakan pendekatan kinetika M-M maka dapat dituliskan kinetika perpindahan obat yaitu:...